Sponsor

Selasa, 29 Desember 2009

JUAL Jamur tiram Putih / Oyster Mushroom merk "FUNGUS"

Budidaya jamur tiram / Oyster Mushroom telah hadir di Kota Gresik, tepatnya di desa Sekapuk UjungPangkah Gresik. Usaha mandiri yang digawangi oleh beberapa pemuda (Arifin, Ayub, Khoirul, Cak Qodim, Cak Sulaiman, Cak Rul, Cak Inul, Cak Asjudi dan Gombor) yang tergabung dalam PEMUDA MANDIRI GROUP. Budidaya ini menghasilkan jamur tiram segar curah maupun kemas dengan merk "FUNGUS". Produk jamur yang ditawarkan, meliputi:


1. Jamur Tiram/ Oyster mushroom segar (Curah dan Kemas)


2. Aneka Olahan Jamur Tiram/ Oyster mushroom segar (crispy jamur, dll.)


3. Bibit Jamur Tiram/ Oyster mushroom (Baglog)


JIKA TERTARIK DENGAN PENAWARAN KAMI, SILAHKAN HUBUNGI:

WEBLOG: http://produkjamurgresik.blogspot.com/
EMAIL : pemuda.mandiri@gmail.com
HP : 085730000422 (telpon n sms dilayani asal menyebutkan ID)

Untuk harga jual hasil Jamur Tiram/ Oyster mushroom segar yang ditawarkan, ada beberapa tipe:
1. Kemas per kantong 1 ons seharga Rp. 2.000
2. Kemas per kantong 2,5 ons seharga Rp. 5.000
3. Kemas per Kantong 0,5 kg seharga Rp. 7.500
4. Kemas per Kantong 1 kg seharga Rp. 17.000 (non delivery n non reseller)
4. Kemas per Kantong 1 kg seharga Rp. 15.000 (non delivery n reseller)
5. Kemas per Kantong minimal 10 kg seharga Rp. 13.000 (non delivery)
6. Curah per minimal 10 kg seharga Rp. 12.000 (curah non delivery)
contoh kemasan per kantong 1 ons

gambar proses pengemasan memakai sealer plastik

gambar proses pengemasan memakai sealer plastik

gambar proses pengemasan memakai sealer plastik

contoh jamur yang berubah warna kuning kecoklatan karena telat dipanen dan kekurangan air

contoh kualitas jamur tiram merk "FUNGUS"

contoh kualitas jamur tiram merk "FUNGUS"

batang jamur yang baru muncul di rumah budidaya "FUNGUS"

batang jamur yang baru muncul di rumah budidaya "FUNGUS"

batang jamur yang baru muncul di rumah budidaya "FUNGUS"

rumah budidaya "FUNGUS"

rumah budidaya "FUNGUS"

contoh Baglog (bibit) jamur yang mengalami kontaminasi dan kerusakan

arifin "PEMUDA MANDIRI GROUP" berada di rumah budidaya "FUNGUS"

sang ponakan pemilik rumah budidaya "fungus" menunjukkan hasil panen jamur tiram/ oyster mushroom segar
uploaded by: Arifin "FUNGUS"



















Selasa, 15 Desember 2009

Menghitung Biaya produksi dan Pemasaran Jamur Tiram Segar

Dalam budidaya jamur tiram, maka fakto pemasaran dan penentuan harga jual produk menjadi penting untuk diperhatikan. Berapa harga yang harus ditentukan agar kita tidak rugi. Berapa persentase tiap komponen yang perlu diperhitungkan agar layak tidaknya usaha kita dapat diperkirakan. Disini akan kami coba paparkan secara sederhana perhitungan biaya produksi dengan contoh rupiah dan persentase. Contoh rupiah untuk memudahkan. Namun karena harga bahan baku ataupun yang lain serta harga pasar berfluktuasi maka angka persen diharapkan akan mempermudah perhitungan. Angka-angka yang ada akan mudah dikembangkan jika diolah dengan worksheet seperti excel dsb. Komponen yang dilibatkan jug dapat ditambah, persentase dapt diubah dan sebagainya sesuai kondisi yang ada.
Pada tulisan ini dibuat singkat karena terbatasnya ruang. Silahkan dikembangkan sendiri.
Diasumsikan(berdasar hitungan yang dilakukan oleh usaha yang sedang dijalankan) biaya produksi per kg jamur adalah Rp 4.460,-. Perajin/Petani dapat mengambil untung sebesar (60 %) yaitu Rp 2.740,- sehingga harga jual per kg jamur adalah Rp 7.200,- Ingat harga ini adalah harga ditingkat petani atau harga tangan pertama yaitu di tempat panen. Untuk mencapai harga sebenarnya masih banyak yang harus diperhitungkan.
Biaya produksi ditingkat petani (Rp 4.460,-) dihitung berdasarkan biaya tidak tetap (82,20%) dari total biaya produksi dan biaya tetap 13,70%. Biaya tidak tetap mencakup: jerami, bekatul, kapur, pembibitan, polibag, pupuk, kompos dan sebagainya yang umum digunakan. Biaya tetap mencakup depresiasi alat dan kombong serta tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dihitung sebagai biaya tetap atau tidak tetap tergantung pelaksanaan di temapt usaha. Pada industry kecil sering masuk biaya tidak tetap karena mereka bekerja sesuai pekerjaan saat proses produksi yang dibayar harian.
Hitung total biaya produksi anda (misal Rp 7.045.200,-), hitung total pendapatan anda yaitu jumlah jamur yang dihasilkan dikalikan harga jual tingkat petani (missal Rp 11.376.000,-), lalu bagilah total biaya produksi dengan total pendapatan jika diperoleh 1: 1,61 (0,62 atau lebih besar dari 0,60) maka usaha anda ini layak untuk dilakukan. Jika kurang harap diperhitungkan kembali beberapa factor biaya dan juga harga jual yang anda tetapkan.
Pada penjualan jamur segar petani dapat menggunakan penjualan sendiri namun cara ini kurang efektif jika hasil cukup banyak dan semakin besar sehingga mau tidak mau kiat menggunakan jasa pedagang grosir atau pedagang eceran dalam bentuk pasar, rook atau supermarket. Tentunya masing-masing tingkat pedagang ingin memperoleh keuntungan. Semakin panjang rantai penjualan sampai ke konsumen maka beda dengan harga jual di tingkat petani akan semakin besar. Biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan pula dengan pajak dan transportasi. Umumnya harga jual ditingkat petani adalah 60% dari harga jual ke konsumen. Artinya harga jual yang kita tetapkan maksimum adalah 60 % dari harga yang berlaku di pasar.
Penambahan biaya sebesar 40 % meliputi: biaya pemasaran sampai ke tingkat pedagang eceran sebesar 8,33% (besar kecilnya ini tergantung daerah dan panjang pendeknya jalur) sehingga harga sampi ke pengecer menajdi Rp 8.100,-. Pengecer harus mengambil untuk untuk penjualananya (biasanya sebesar 20 %, disini dianggap mengambil untung 31,67%) maka harga di tingkat pengecer menjadi Rp 12.000,- per kg. apakah harga ini dapat anda capai. Harga jual ke konsumen sebesar Rp 12.000,- adalah harga perkiraan anda untuk melihat apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari harga yang sesungguhnya ada. Agar anda tahu untung tidak usaha yang akan kita lakukan jika menggunakan jasa orang lain (rantai distribusi). Biasanya setiap rantai menentukan biaya sendiri sehingga persentase yang ditulis bukanlah harga mati jadi dapat diubah sesuai dengan situasi di sekitar tempat usaha.
Produk jamur tiran yang dijual di pasar sering telah mengalami proses lebih lanjut missal pengemasan dan pendinginan. Penjualan dengan cara ini jug akan menambah biaya dn harga jualnya. Macam kemasan akan mempengaruhi harga jualnya. Jika produk ini yang anda pakai maka ada penambahan biaya lagi harga ditingkat petani bisa tidak lagi 60% tapi dapat turun sampai menjadi 20% jika produk dikemas dalam kaleng dan sebaginya.
Jadi saat anda menentukan harga jual maka lihat harga jual di tingkat konsumen, kemudian tarik mundur apakah harga yang anda tetapkan dapat bersaing. Jug untuk menentukan harga minimal yang harus anda tetapkan apabila produk anda akan dibeli oleh distributor (apakah anada harus mengantar produk ke distributor atau distributor yang akan mengambil sendiri)
Selamat mencoba menghitung usaha anda, agar anda tidak rugi dalam melakukan usaha budidaya jamur. Semoga sukses selalu menyertai anda.

LINK:
http://permimalang.wordpress.com/2008/09/08/menghitung-biaya-produksi-dan-pemasaran-jamur-tiram-segar/

bisnis jamur

KEMITRAAN BISNIS JAMUR TIRAM

Caranya, ia menyediakan kumbung serta baglog, juga membantu dalam pemasaran jamur tiram yang diproduksi oleh petani mitra. Selain itu, ia juga memberi pelatihan cara budidaya jamur tiram yang baik, manajemen produksi dan keuangan, serta pemasaran. Dalam satu periode panen (45 hari), umumnya petani sudah bisa kembali modal. Sedangkan kumbung bisa bertahan hingga lima tahun dengan perbaikan ringan di bagian rak baglog dan dinding yang terbuat dari bambu. Konsentrasi di Pembesaran Kumbung dan baglog dibuat agar sesuai dengan standar budidaya jamur tiram yang dikerjakan farm-nya yang terletak di Desa Pandansari, Kecamatan Ciawi, Bogor. “Saya sudah memperhitungkan keuntungan buat mitra dan mengambil sedikit untuk biaya produksi dan anak-anak yang bekerja membuat baglog,” ujar H. Achmad. Baglog produksinya dijual dengan harga Rp1.250/buah dengan biaya produksi sekitar Rp900/baglog. Dalam sehari, ia mampu memproduksi kurang lebih 5.000 baglog yang digunakan sendiri maupun untuk mitra. Selain itu, kumbungnya juga menghasilkan 800—1.000 kg jamur tiram segar/hari, termasuk jamur produksi petani mitra. “Jika mereka sudah kuat, kemudian ingin produksi dan jual jamur sendiri, silakan. Saya justru senang karena mereka bisa berdikari,” ujarnya. Namun, ia tahu petani pemula umumnya belum menguasai budidaya dan pemasaran jamur. Itulah sebabnya mereka mencari aman dengan membeli baglog yang baik dan terjamin pemasarannya terjamin. Menurutnya, pemula sebaiknya tidak mengelola usaha jamur dalam skala yang terlalu besar, yaitu sekitar 10.000—25.000 baglog dan hanya berkonsentrasi di bagian pembesaran (grower). “Setelah mengetahui seluk-beluk budidaya jamur dan lika-liku pemasaran jamur, petani dapat mulai belajar membuat baglog dan bibit jamur,” sarannya. Sebagian orang menganggap aktivitas di kumbung tidak ada ilmunya. “Padahal sebaliknya, grower sangat banyak ilmunya dan tidak tertulis di buku manapun,” ujar Bahrul Ulum, Manajer Produksi jamur tiram milik H. Achmad. Berbeda dengan pembibitan yang sudah standar, pengelolaan grower sangat tidak standar dan banyak tantangannya. Diserap Pasar Tradisional Lili, salah satu petani mitra H. Achmad yang memulai usahanya dengan 10.000 baglog. Dalam waktu tiga bulan, ia mampu menghasilkan 3 ton jamur tiram atau rata-rata 35 kg/hari. “Hasil ini belum maksimal karena kami baru belajar,” aku Lili yang mengerjakan usaha jamur tiramnya secara gotong royong dengan petani lain di wilayah Parung, Bogor. Ia mengakui, awalnya sempat khawatir soal pemasaran, tetapi akhirnya menjadi percaya diri karena produksinya bisa diserap pasar tradisional setempat. “Saya yakin, kalau produksi jamur sudah mencapai 100 kg/hari, pedagang akan datang sendiri,” ujar Lili. Menurut Bahrul Ulum, pemasaran jamur sebenarnya tidak ada masalah asalkan diproduksi dalam jumlah besar. “Oleh karena itu, saya sarankan agar pembudidaya jamur berkelompok sehingga produksi jamur dalam satu unit produksi cukup besar,” katanya lagi. Tujuannya, agar pedagang pedagang dapat membeli jamur dalam jumlah besar sehingga menghemat biaya transpor. Selain itu, usahakan agar menghasilkan produk yang baik, yaitu jamur tiram yang bersih, segar, tidak basah, tidak pecah, dan rapi penataannya. Di tingkat petani, jamur tiram dijual dengan harga Rp6.500/kg untuk partai besar dan Rp7.500/kg untuk eceran. Jamur berkualitas baik dapat bertahan kesegarannya hingga 36 jam pada suhu kamar. Sumber : Enny Purbani T. http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=645 19 Februari 2007 Diunduh : 16 Maret 2009 Sumber Gambar : http://wb5.indo-work.com/pfimage/62/225762_image061.jpg